Perkumpulan Pecinta Alam (PPA) embrio organisasi-organisasi berpredikat Pecinta Alam di Indonesia.
Organisasi
pecinta alam di Indonesia baik itu dalam wadah kelompok pecinta alam (KPA) yang
bersifat independen maupun dalam wadah organisasi yang dinaungi dalam suatu
institusi kampus atau Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) atau yang namanya, merupakan
suatu organisasi kepemudaan yang terbilang cukup lama berdiri di Indonesia,
sebagai organisasi yang bertujuan menyalurkan bakat dan minat para
pemuda-pemudi dalam kegiatan alam terbuka.
Istilah pecinta
alam yang sekarang banyak melekat pada organisasi-organisasi maupun
kelompok-kelompok yang berpredikat pecinta alam, berdasarkan data sejarah yang
sekarang, dimulai ketika pada tahun 1953 tepatnya pada tanggal 18 Oktober 1953 didirikan
sebuah perkumpulan pecinta alam (PPA). Perkumpulan ini dibentuk di jogjakarta
dan salah satu pendirinya yaitu Awibowo. Saat itu Awibowo baru saja
menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia Bogor (Sekarang Institut
Pertanian Bogor). Bersama beberapa rekannya Awibowo berkumpul untuk mendirikan
suatu perkumpulan yang bergerak dengan kegiatan-kegiatan alam.
“Kami ramai
berdiskusi soal istilah yang dipakai untuk menyebutkan perkumpulan itu”. Cerita
Awibowo ada yang mengusulkan untuk memakai istilah “Penggemar Alam” atau
“Pesuka Alam”. “Tapi saya mengusulkan istilah “Pentjinta Alam, karena cinta
lebih dalam maknanya daripada gemar atau suka,”Tutur Awibowo melanjutkan cerita
kepada Norman. Menurut Awibowo gemar atau suka mengandung makna eksploitasi
belaka, tetapi cinta mengandung makna mengabdi. “Bukankah kita dituntut untuk
mengabdi negeri ini?” Tanya Awibowo[1].
Ini tak lepas dari kondisi bangsa Indonesia pada saat itu yang baru merdeka,
dimana mereka ingin mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kecintaan terhadap
negeri ini, itu diwujudkan dengan cara mencintai alam Indonesia. Dan juga
penggunaan kata cinta ini bagi masyarakat umum sering mengaitkan dengan
permasalahan romantisme, tetapi cinta yang dimaksud dalam istilah perkumpulan
pecinta alam ini dapat dipahami bahwa cinta terhadap bangsa, yang mana peran
pemudalah yang sangat dibutuhkan untuk mengisi kemerdekaan pada saat itu dan
pula kegiatan-kegiatan yang positiflah mesti dilaksanakan para pemuda untuk
bangsa ini, karena bangsa Indonesia kedepannya membutuhkan generasi-generasi
yang mampu menjadi pionir-pionir pemuda lainnya untuk berbuat untuk bangsa
Indonesia. Dengan memberikan
sumbangsi-sumbangsi lewat karya maupun pemikiran untuk membangun negeri ini,
mengutip apa yang pernah dikatakan Presiden Pertama Indonesia Soekarno“Pemuda hari ini pemimpin masa depan”
Akhirnya istilah
“Petjinta Alam” diterima, dalam kartu anggota mereka tertulis: “PPA
(Perkumpulan Petjinta Alam) adalah perkumpulan kesukaan (hobby). Selanjutnya
tertulis: “Hobby diartikan suatu kesukaan jang positif serta sutji, lepas dan
sutji dari “Sifat maniak” jang semata-mata melepaskan nafsunya dalam tjorak
negatif.[2]
Dalam anggaran
dasar perkumpulan tertua ini, dijelaskan bahwa tujuan mereka adalah: Memperluas
serta mempertinggi rasa tjinta terhadap alam seisinja dalam kalangan
anggauta-anggautanja dan masjarakat oemoemnja.
Dalam mencapai
tujuan tersebut, perkumpulan ini mengadakan beberapa usaha, yaitu
ceramah-ceramah, penerbitan majalah, wisata alam, dan pertunjukan film tentang
lingkungan alam. Waktu itu mereka membuatnya dengan iuran-iuran anggota,tidak
ada sponsor-sponsor seperti sekarang, “iuran anggota mereka, waktu itu berkisar
dari lima rupiah sampai sepuluh rupiah setiap bulan. Tetapi iuran berjalan
lancar sehingga kami mampu mengisi kas untuk keperluan-keperluan perkumpulan.[3]
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan tanpa adanya bantuan dana dari berbagai pihak ini dapat kita
lihat bahwa organisasi PPA ini masih memegang
idealisme mereka sehingga tidak ada niat dari setiap anggotannya untuk
melakukan kerjasama baik dari instansi pemerintah mapupun swasta dalam setiap
pelaksanaan kegiatan mereka, sehingga setiap pelaksaan kegiatan memang
betul-betul murni dana dari kas organisasi. Sehingga setiap kegiatan mereka
tidak ditunggangi baik dari pihak pemerintah mamupun swasta, akan berbeda
halnya dengan sekarang ada beberapa organisasi-organisasi yang dimana setiap
kegiatan-kegiatan biasanya sangat mengandalkan dana bantuan dari pihak
pemerintah mapun swasta pada setiap pelaksanaan kegiatan.
Salah satu kegiatan besar yang mengesankan
yang dilakukan PPA adalah pameran pada tahun 1954 dalam rangka peringatan hari
lahir kota Yogyakarta dengan membuat taman dan memamerkan foto-foto kegiatan
perkumpulan.[4]
Melihat berbagai
kegiatan dari PPA bagaimana mereka mengajak masyarakat untuk mengenal Alam
Indonesia lebih dekat, sehingga setiap orang yang sadar akan indahnya alam
indonesia ini tergerak hatinya untuk ikut serta dalam menjaga pelestariannya,
sehingga generasi-generasi mendatang juga bisa merasakan indahnya panorama alam
Negeri ini. Dan juga pula kalau kita memperhatikan item-item kegiatan dari PPA
diatas tidak ada kegiatan mendaki gunung, memasuki gua, serta kegiatan-kegiatan
di alam yang sering diidentikkan bagi organisasi-organisasi yang berlabelkan
pecinta alam seperti sekarang ini.
Perkumpulan
“Pentjinta Alam” berkembang pesat, dari jumlah hanya berapa orang, tidak lama
kemudian anggota-anggota mereka bertambah. Bukan Cuma dari Yogyakarta,
melainkan juga dari kota-kota lain, seperti Jakarta dan Padang, hingga bubarnya
perkumpulan ini tercatat sekitar enam ratus orang. Namun sayang perkumpulan ini
tidak berumur panjang karena suasana negeri yang tidak mendukung pada saat itu.
Situasi politik pada saat itu yang diwarnai oleh komunis menjadi salah satu
sebab tidak berjalannya roda organisasi. Akhir tahun 1950, perkumpulan
“Pentjinta Alam” tak terdengar lagi namanya.[5]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar