Selasa, 19 Desember 2017

Perkumpulan Pecinta Alam (PPA) Embrio Organisasi Pecinta Alam di Indonesia

Perkumpulan Pecinta Alam (PPA) embrio organisasi-organisasi berpredikat Pecinta Alam di Indonesia.
Organisasi pecinta alam di Indonesia baik itu dalam wadah kelompok pecinta alam (KPA) yang bersifat independen maupun dalam wadah organisasi yang dinaungi dalam suatu institusi kampus atau Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) atau yang namanya, merupakan suatu organisasi kepemudaan yang terbilang cukup lama berdiri di Indonesia, sebagai organisasi yang bertujuan menyalurkan bakat dan minat para pemuda-pemudi dalam kegiatan alam terbuka.
Istilah pecinta alam yang sekarang banyak melekat pada organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok yang berpredikat pecinta alam, berdasarkan data sejarah yang sekarang, dimulai ketika pada tahun 1953 tepatnya pada tanggal 18 Oktober 1953 didirikan sebuah perkumpulan pecinta alam (PPA). Perkumpulan ini dibentuk di jogjakarta dan salah satu pendirinya yaitu Awibowo. Saat itu Awibowo baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia Bogor (Sekarang Institut Pertanian Bogor). Bersama beberapa rekannya Awibowo berkumpul untuk mendirikan suatu perkumpulan yang bergerak dengan kegiatan-kegiatan alam.
“Kami ramai berdiskusi soal istilah yang dipakai untuk menyebutkan perkumpulan itu”. Cerita Awibowo ada yang mengusulkan untuk memakai istilah “Penggemar Alam” atau “Pesuka Alam”. “Tapi saya mengusulkan istilah “Pentjinta Alam, karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar atau suka,”Tutur Awibowo melanjutkan cerita kepada Norman. Menurut Awibowo gemar atau suka mengandung makna eksploitasi belaka, tetapi cinta mengandung makna mengabdi. “Bukankah kita dituntut untuk mengabdi negeri ini?” Tanya Awibowo[1]. Ini tak lepas dari kondisi bangsa Indonesia pada saat itu yang baru merdeka, dimana mereka ingin mengisi kemerdekaan Indonesia dengan kecintaan terhadap negeri ini, itu diwujudkan dengan cara mencintai alam Indonesia. Dan juga penggunaan kata cinta ini bagi masyarakat umum sering mengaitkan dengan permasalahan romantisme, tetapi cinta yang dimaksud dalam istilah perkumpulan pecinta alam ini dapat dipahami bahwa cinta terhadap bangsa, yang mana peran pemudalah yang sangat dibutuhkan untuk mengisi kemerdekaan pada saat itu dan pula kegiatan-kegiatan yang positiflah mesti dilaksanakan para pemuda untuk bangsa ini, karena bangsa Indonesia kedepannya membutuhkan generasi-generasi yang mampu menjadi pionir-pionir pemuda lainnya untuk berbuat untuk bangsa Indonesia. Dengan memberikan sumbangsi-sumbangsi lewat karya maupun pemikiran untuk membangun negeri ini, mengutip apa yang pernah dikatakan Presiden Pertama Indonesia Soekarno“Pemuda hari ini pemimpin masa depan”
Akhirnya istilah “Petjinta Alam” diterima, dalam kartu anggota mereka tertulis: “PPA (Perkumpulan Petjinta Alam) adalah perkumpulan kesukaan (hobby). Selanjutnya tertulis: “Hobby diartikan suatu kesukaan jang positif serta sutji, lepas dan sutji dari “Sifat maniak” jang semata-mata melepaskan nafsunya dalam tjorak negatif.[2]
Dalam anggaran dasar perkumpulan tertua ini, dijelaskan bahwa tujuan mereka adalah: Memperluas serta mempertinggi rasa tjinta terhadap alam seisinja dalam kalangan anggauta-anggautanja dan masjarakat oemoemnja.
Dalam mencapai tujuan tersebut, perkumpulan ini mengadakan beberapa usaha, yaitu ceramah-ceramah, penerbitan majalah, wisata alam, dan pertunjukan film tentang lingkungan alam. Waktu itu mereka membuatnya dengan iuran-iuran anggota,tidak ada sponsor-sponsor seperti sekarang, “iuran anggota mereka, waktu itu berkisar dari lima rupiah sampai sepuluh rupiah setiap bulan. Tetapi iuran berjalan lancar sehingga kami mampu mengisi kas untuk keperluan-keperluan perkumpulan.[3]
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tanpa adanya bantuan dana dari berbagai pihak ini dapat kita lihat bahwa organisasi PPA ini masih memegang idealisme mereka sehingga tidak ada niat dari setiap anggotannya untuk melakukan kerjasama baik dari instansi pemerintah mapupun swasta dalam setiap pelaksanaan kegiatan mereka, sehingga setiap pelaksaan kegiatan memang betul-betul murni dana dari kas organisasi. Sehingga setiap kegiatan mereka tidak ditunggangi baik dari pihak pemerintah mamupun swasta, akan berbeda halnya dengan sekarang ada beberapa organisasi-organisasi yang dimana setiap kegiatan-kegiatan biasanya sangat mengandalkan dana bantuan dari pihak pemerintah mapun swasta pada setiap pelaksanaan kegiatan.
 Salah satu kegiatan besar yang mengesankan yang dilakukan PPA adalah pameran pada tahun 1954 dalam rangka peringatan hari lahir kota Yogyakarta dengan membuat taman dan memamerkan foto-foto kegiatan perkumpulan.[4]
Melihat berbagai kegiatan dari PPA bagaimana mereka mengajak masyarakat untuk mengenal Alam Indonesia lebih dekat, sehingga setiap orang yang sadar akan indahnya alam indonesia ini tergerak hatinya untuk ikut serta dalam menjaga pelestariannya, sehingga generasi-generasi mendatang juga bisa merasakan indahnya panorama alam Negeri ini. Dan juga pula kalau kita memperhatikan item-item kegiatan dari PPA diatas tidak ada kegiatan mendaki gunung, memasuki gua, serta kegiatan-kegiatan di alam yang sering diidentikkan bagi organisasi-organisasi yang berlabelkan pecinta alam seperti sekarang ini.
Perkumpulan “Pentjinta Alam” berkembang pesat, dari jumlah hanya berapa orang, tidak lama kemudian anggota-anggota mereka bertambah. Bukan Cuma dari Yogyakarta, melainkan juga dari kota-kota lain, seperti Jakarta dan Padang, hingga bubarnya perkumpulan ini tercatat sekitar enam ratus orang. Namun sayang perkumpulan ini tidak berumur panjang karena suasana negeri yang tidak mendukung pada saat itu. Situasi politik pada saat itu yang diwarnai oleh komunis menjadi salah satu sebab tidak berjalannya roda organisasi. Akhir tahun 1950, perkumpulan “Pentjinta Alam” tak terdengar lagi namanya.[5]



[1] Norman Edwin, catatan sahabat sang alam, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2010, hlm 260
[2]Ibid hlm 260
[3]Ibid  hlm 260
[4]Ibid  hlm 261
[5]Ibid  hlm 261

Tidak ada komentar:

Posting Komentar